Contoh Jawaban Studi Kasus PPG Guru Tertentu Tahun 2025 Masalah dalam Sistem Penilaian
Selain media pembelajaran, sistem penilaian adalah elemen krusial dalam siklus pembelajaran. Bagaimana kita menilai siswa akan sangat memengaruhi motivasi dan pemahaman mereka. Berikut adalah contoh studi kasus yang berfokus pada perancangan sistem penilaian yang lebih autentik dan sesuai kebutuhan siswa.
1. Deskripsi Penilaian yang Digunakan
Untuk studi kasus ini, saya menerapkan penilaian autentik. Artinya, penilaian disesuaikan langsung dengan tujuan pembelajaran dan kebutuhan siswa di dunia nyata.
Pada materi pengukuran volume kubus dan balok, saya tidak hanya memberi soal tes tertulis. Saya menggunakan kombinasi dari tiga bentuk penilaian:
- Penilaian Kognitif: Berupa soal uraian untuk mengukur pemahaman konsep.
- Penilaian Praktik: Siswa diminta menghitung volume benda konkret (misal: kotak sepatu) secara langsung.
- Penilaian Projek: Siswa ditugaskan membuat model bangun ruang (kubus/balok) dari bahan bekas.
Pilihan penilaian yang beragam ini bertujuan agar saya bisa melihat pemahaman siswa secara utuh, baik dari sisi konsep (kognitif) maupun keterampilan praktis (psikomotorik).
2. Proses Perancangan Penilaian Sesuai Kebutuhan Siswa
Perancangan dimulai dengan menyusun indikator pencapaian kompetensi (IPK) yang jelas. Dari IPK tersebut, saya kemudian merancang instrumen penilaian yang beragam.
Saya menyiapkan soal tertulis untuk konsep, lembar observasi untuk menilai keterlibatan saat praktik, dan rubrik penilaian untuk menilai hasil karya projek. Saya juga menyesuaikan bobot nilai dan menyediakan waktu tambahan bagi siswa yang mungkin membutuhkan lebih banyak waktu (prinsip keadilan).
Tujuan utamanya adalah membuat penilaian yang adil dan inklusif. Penilaian ini dirancang untuk menggambarkan kemampuan siswa secara menyeluruh, tidak hanya fokus pada angka akhir, tetapi juga menghargai proses berpikir dan kreativitas mereka.
3. Respon Peserta Didik Terhadap Penilaian yang Digunakan
Respon siswa secara umum cukup positif. Terlihat jelas bahwa mereka lebih menikmati proses penilaian saat dilakukan dalam bentuk praktik atau projek, dibandingkan hanya mengerjakan soal tertulis di kertas.
Beberapa siswa bahkan merasa tertantang dan lebih termotivasi. Mereka berusaha membuat bangun ruang (projek) mereka sebaik mungkin.
Dampak menarik lainnya adalah pada siswa yang biasanya pasif. Dengan penilaian yang bervariasi (tidak hanya tes tulis), mereka menjadi lebih percaya diri. Ini karena mereka bisa menunjukkan pemahaman mereka melalui cara yang berbeda, yang lebih fleksibel dan sesuai dengan kekuatan mereka.
4. Pengalaman Berharga dan Refleksi yang Dipetik
Pengalaman berharga yang saya dapatkan adalah bahwa sistem penilaian yang dirancang dengan memperhatikan kebutuhan dan keberagaman siswa terbukti mampu meningkatkan semangat dan kegigihan belajar mereka.
Saya menyadari bahwa penilaian tidak boleh hanya berfokus pada hasil akhir (nilai angka) saja. Jauh lebih penting adalah bagaimana proses penilaian itu sendiri bisa menjadi bagian dari proses belajar, memotivasi siswa, dan memberikan umpan balik yang membangun.
