Contoh Jawaban Studi Kasus PPG Guru Tertentu Masalah Media Pembelajaran
Bagi rekan-rekan guru, terutama yang sedang mengikuti PPG, membuat studi kasus adalah bagian penting dari refleksi pembelajaran. Studi kasus membantu kita mengidentifikasi masalah nyata di kelas dan menemukan solusi yang efektif. Berikut adalah salah satu contoh studi kasus sederhana mengenai permasalahan penggunaan media pembelajaran di kelas 5.
1. Deskripsi Media Pembelajaran yang Digunakan
Studi kasus ini berfokus pada siswa kelas 5 yang masih berada dalam tahap berpikir konkret. Untuk materi bangun ruang yang abstrak, saya memutuskan menggunakan dua jenis media:
- Media Konkret (Manipulatif): Saya menggunakan media 3D berupa kubus dan balok yang terbuat dari karton tebal. Media ini dirancang agar bisa dibongkar pasang oleh siswa.
- Media Digital (Visual): Saya juga menyisipkan media video animasi pendek. Video ini secara visual menjelaskan langkah-langkah menghitung volume kubus dan balok.
Tujuannya jelas: agar siswa bisa melihat dan menyentuh bentuk nyata dari bangun ruang, memahami konsep volume secara lebih mudah, dan tidak hanya membayangkan rumus perhitungan.
2. Proses Perancangan Media Sesuai Kebutuhan Siswa
Proses perancangan media ini dimulai dari identifikasi masalah. Saya melihat bahwa sebagian besar siswa kesulitan memahami konsep ruang jika hanya mengandalkan gambar datar (2D) di buku teks.
Berangkat dari situ, saya merancang media manipulatif yang bisa disentuh dan dimainkan. Harapannya, siswa bisa merasakan sendiri perbedaan bentuk, jumlah sisi, dan ukuran dari bangun ruang tersebut. Media ini menjawab kebutuhan siswa akan pembelajaran yang konkret.
Selain itu, untuk memperkuat pemahaman visual, saya memilih media digital berupa video. Keunggulan video adalah bisa ditampilkan berulang-ulang, sehingga siswa yang mungkin belum paham bisa melihatnya kembali.
3. Respon Peserta Didik Terhadap Media yang Digunakan
Respon siswa ternyata sangat positif dan di luar dugaan. Mereka terlihat sangat antusias, terutama saat media konkret (kubus dan balok) dikeluarkan. Siswa tidak sabar ingin mencoba membongkar dan menyusun kembali media tersebut.
Penggunaan video animasi juga sangat membantu. Siswa yang biasanya cenderung cepat bosan jika hanya mendengarkan penjelasan lisan (ceramah), kini menjadi lebih fokus memperhatikan layar.
Dampak positifnya, dengan media yang tepat, suasana kelas berubah. Siswa menjadi lebih aktif bertanya dan terlihat lebih percaya diri saat diminta mengerjakan soal latihan.
4. Pengalaman Berharga dan Refleksi yang Dipetik
Pengalaman berharga yang bisa saya petik dari praktik ini adalah bahwa media pembelajaran yang dirancang sesuai kebutuhan siswa benar-benar mampu menjadi jembatan pemahaman. Media bisa menyederhanakan konsep yang dianggap sulit oleh siswa.
Saya belajar bahwa media bukan hanya sekadar alat pelengkap atau hiasan, tetapi bisa menjadi pemantik utama rasa ingin tahu dan keterlibatan siswa. Media yang tepat mengubah siswa dari pembelajar pasif menjadi pembelajar yang aktif.
