Jawaban Cerita Reflektif Modul PSE Topik 4 School Well-Being PPG Guru Tertentu 2025

Topik 4: School Well-being (Sekolah Sejahtera)

Berikut adalah refleksi mengenai penerapan konsep **School Well-Being** dan upaya menciptakan lingkungan sekolah yang aman, dihargai, dan kondusif untuk tumbuh kembang seluruh komunitas sekolah.

Bapak Ibu Guru yang bersemangat, bagaimana kita dapat membuat lingkungan sekolah menjadi lebih sejahtera?

Jawaban:

Sekolah yang sejahtera adalah tempat di mana siswa, guru, dan seluruh komunitas merasa aman, dihargai, terhubung, dan memiliki tujuan bersama. Kita dapat memulainya dengan membangun **iklim komunikasi yang terbuka dan positif**, baik antara guru dan siswa, antar guru, maupun antara sekolah dan orang tua. Guru dapat menumbuhkan rasa nyaman dan aman melalui pembelajaran yang **menghargai keberagaman**, mengedepankan empati, dan membiasakan refleksi. Kegiatan rutin seperti **circle time**, *student check-in*, program apresiasi, dan proyek kolaboratif yang melibatkan siswa secara aktif juga dapat memperkuat ikatan sosial dan emosional antar warga sekolah. Ketika semua pihak merasa dilibatkan, dihargai, dan saling mendukung, maka terciptalah lingkungan sekolah yang bukan hanya tempat belajar, tetapi juga tempat tumbuh dan berkembang secara utuh.

Bapak dan Ibu Guru, bagaimana menciptakan sekolah yang menyenangkan? Dimensi apa yang perlu diperhatikan?

Jawaban:

Mewujudkan sekolah yang menyenangkan berarti menciptakan lingkungan belajar yang aman, inklusif, dan memotivasi siswa untuk berkembang secara utuh. Hal ini mencakup dimensi:

  • **Kognitif:** Pembelajaran harus disajikan dengan cara yang kreatif, bermakna, dan sesuai dengan gaya belajar peserta didik. Metode seperti *experiential learning* atau *project-based learning* dapat digunakan.
  • **Sosial Emosional:** Menciptakan suasana kelas yang penuh empati, menghargai perbedaan, serta membangun hubungan positif antara guru dan siswa.

Selain dari sisi pembelajaran, sekolah yang menyenangkan juga harus memperhatikan dimensi **fisik** dan **budaya sekolah**. Lingkungan yang bersih, tertata, dan ramah anak dapat meningkatkan kenyamanan siswa. Budaya sekolah yang positif dibangun melalui partisipasi aktif siswa, sikap terbuka guru, serta nilai-nilai seperti toleransi, gotong royong, dan saling menghargai. Ketika keempat dimensi ini diperhatikan secara seimbang, sekolah akan menjadi tempat yang tidak hanya untuk belajar, tetapi juga tempat bagi siswa untuk tumbuh, merasa dihargai, dan bahagia.

Mengapa semua pihak harus berkolaborasi dalam menciptakan iklim sekolah yang menyenangkan?

Jawaban:

Semua pihak perlu berkolaborasi dalam menciptakan suasana sekolah yang menyenangkan karena sekolah adalah **ekosistem sosial** yang melibatkan berbagai elemen: guru, siswa, kepala sekolah, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat. Tidak mungkin satu pihak bekerja sendiri untuk membangun suasana yang positif. **Kolaborasi** memungkinkan adanya pemahaman bersama, pembagian tanggung jawab, serta sinergi antara proses belajar-mengajar dan pembinaan karakter siswa. Ketika semua pihak saling mendukung, tercipta lingkungan yang aman, nyaman, dan kondusif untuk tumbuh kembang peserta didik secara menyeluruh.

Selain itu, kolaborasi memperkuat **rasa kepemilikan** terhadap sekolah dan menumbuhkan budaya saling peduli. Guru dan tenaga kependidikan menjadi contoh teladan, orang tua mendukung dari rumah, dan siswa merasa lebih didengar serta terlibat dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Kehadiran sinergi ini tidak hanya meningkatkan kualitas pembelajaran, tetapi juga memperkuat hubungan emosional antara semua warga sekolah. Dengan demikian, sekolah menjadi tempat yang tidak hanya mendidik secara akademik, tetapi juga membangun karakter dan kesejahteraan bersama.

Bapak dan Ibu Guru, apakah masih ada hal yang belum Anda pahami? Anda dapat mendiskuskan dengan rekan sejawat, atau dengan tenaga ahli.

Jawaban:

Dalam proses pembelajaran dan pengembangan diri sebagai pendidik, tentu sangat wajar jika masih ada hal-hal yang belum sepenuhnya dipahami, khususnya terkait pendekatan seperti *experiential learning*, pembelajaran sosial emosional (PSE), atau penerapan kurikulum yang berpusat pada murid.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk terus **berdiskusi dan belajar bersama rekan sejawat**, baik dalam forum MGMP, komunitas belajar, atau melalui pelatihan dan pendampingan dari tenaga ahli. Kolaborasi semacam ini bukan hanya memperluas wawasan dan memperdalam pemahaman, tetapi juga membangun solidaritas antar pendidik untuk menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna dan berdampak bagi peserta didik. Mari terus terbuka untuk belajar dan bertumbuh bersama.

Belajar adalah proses yang dilalui. Bahkan setelah menjadi Guru, kita tetap belajar. Dalam materi ini kita belajar menciptakan lingkungan sekolah yang positif. Bagaimana materi ini terkoneksi dengan topik lain yang sudah anda pelajari?

Jawaban:

Materi tentang menciptakan lingkungan sekolah yang positif sangat erat kaitannya dengan topik-topik lain yang telah saya pelajari sebelumnya, seperti **pembelajaran sosial emosional (PSE), profil pelajar Pancasila, dan *experiential learning***. Semuanya saling terhubung dalam membentuk ekosistem sekolah yang sehat, inklusif, dan berpihak pada murid.

Misalnya, saat belajar tentang **PSE dan CASEL**, saya memahami pentingnya empati, kesadaran diri, dan keterampilan berelasi. Materi ini kemudian menjadi landasan dalam membangun budaya sekolah yang positif dan menyenangkan. Sementara itu, pendekatan ***experiential learning*** mendorong saya untuk menciptakan pengalaman belajar yang nyata, reflektif, dan kontekstual bagi siswa—yang tentu sangat mendukung terciptanya iklim belajar yang sehat. Dengan demikian, topik-topik tersebut saling melengkapi dan memperkuat peran guru sebagai fasilitator tumbuh kembang siswa secara utuh.

Pada bagian ini anda dapat merefleksikan kembali situasi selama anda mendidik dan kemudian berusaha menciptakan lingkungan positif di kelas dan di sekolah.

Jawaban:

Selama saya mendidik, saya menyadari bahwa menciptakan lingkungan kelas yang positif memerlukan kesabaran, konsistensi, dan keterbukaan. Saya pernah menghadapi situasi di mana siswa kurang percaya diri, merasa tidak diterima, atau kesulitan mengungkapkan pendapat. Di saat-saat seperti itu, saya belajar untuk **lebih mendengarkan**, memberikan ruang aman bagi mereka untuk berekspresi, dan membangun **komunikasi dua arah yang hangat**. Saya juga mulai rutin melakukan **refleksi bersama siswa**, menyisipkan kegiatan yang menumbuhkan empati, serta memberi apresiasi kecil yang berdampak besar bagi semangat mereka.

Upaya menciptakan lingkungan sekolah yang positif juga saya lakukan dengan menjalin hubungan baik dengan rekan guru dan melibatkan orang tua dalam proses pendidikan. Saya percaya bahwa ketika guru bekerja sama, saling mendukung, dan memiliki visi yang sama untuk menumbuhkan karakter positif siswa, maka suasana sekolah akan lebih sehat dan menyenangkan. Melalui refleksi ini, saya semakin yakin bahwa suasana belajar yang positif bukan hanya hasil dari metode mengajar, tetapi dari hati yang tulus ingin memahami dan mendampingi anak-anak tumbuh menjadi versi terbaik dirinya.

Semoga jawaban reflektif ini membantu Bapak/Ibu Guru dalam menyelesaikan Modul PSE Topik 4 PPG 2025.